Memukul itu tidak baik…

Suatu hari, Piyo dipukul temannya di sekolah. Terlepas dari apapun pemicu konfliknya, saya memaklumi saja karena balita masih belajar bagaimana merespon segala hal di sekitar mereka. Terkadang hal-hal yang mereka rasa mereka sampaikan dalam bentuk tangisan, diam, atau respon fisik seperti memukul. Sesampainya di rumah, saya ajak Piyo ngobrol.

“Kakak tadi kenapa di sekolah?”
“My friend was not nice, he hit me and I cried!”
“Loh terus kenapa harus nangis, kan crying will not solve the problem?”
“Because he hurt me and I couldn’t hit him back”
“Why?”
“Because if I hit him, he will hit me again and I hit him again and he hit me again and again!”

Ach so….

Sebersit rasa bangga muncul dari jawaban yang Piyo berikan. Ternyata apa yang selama ini berusaha kami tanamkan, bahwa kekerasan bukanlah cara menyelesaikan konflik, berhasil dimengerti olehnya.

Percakapan kami masih menggantung sampai sana. Saat ini solusi yang bisa kami berikan pada Piyo adalah memberi tau sang teman bahwa menyakiti teman lain itu tidak baik, menjauh dari konflik atau meminta bantuan ibu guru ketika Ia mengalami hal tak menyenangkan dari kawan sebayanya di kelas.

Suatu hari nanti kami akan ajarkan Piyo bagaimana melindungi dirinya ketika mendapat serangan fisik, namun tidak sekarang. Ia harus paham dulu perbedaan antara baik dan tidak baik, dan harus mengerti kapan Ia boleh membela dirinya.

Semoga sifat bijak benar-benar menjadi bagian dari dirinya, sebagaimana kami selipkan doa itu pada namanya. Aamiin…

Ketika ingin menonton bioskop dan ada titipan Tuhan yang harus dijaga…

Saya takjub melihat banyaknya anak kecil (bayi, balita, dan anak2) yang dibawa orangtuanya menonton Warkop DKI Reborn. Please Parents, ada alasan kenapa film ini diberi rating 17+. Simak bahasa yang digunakan, humor dewasa yang disajikan, serta adegan2 tak layak tonton bagi anak lainnya.

Otak anak seperti spons, mereka belajar dari apa yang disajikan di sekitar mereka. Maukah Anda melihat anak Anda tumbuh dengan menganggap bermain perempuan, berkata kasar, dan bertindak tanpa berpikir ttg tanggung jawab – sebagai hal yang wajar? Tolong, bijaklah dalam memilih tontonan utk anak.

Memang terkadang orangtua juga butuh istirahat dari kegiatan parenting yang menjemukan dan terasa tanpa akhir. Ingin menonton film terkini? Bisa kok, kami sering lakukan. Ada beberapa alternatif yg bisa dilakukan tanpa harus membawa anak ke dalam ruangan bioskop dan ikut menonton.

Pertama, bergantian shift nonton dan menjaga anak dgn suami. Jadi nontonnya sendiri2 gitu? Iya. Memang terasa tidak ideal, tapi pilih mana, berkorban nonton bioskop sendirian atau anak tumbuh belajar mengatai orang lain bodoh adalah hal wajar?

Kedua, titipkan anak ke sanak saudara ketika orangtua ingin menonton berdua. Ini hanya bisa dipraktekkan apabila tinggal dekat dengan keluarga besar.

Ketiga, tunggu saja sampai versi DVD-nya keluar dan tonton berdua dengan pasangan ketika anak sudah tidur. Nggak kekinian dong? Lho..balik lagi pilih mana coba…

Tenang Parents, anak-anak tidak akan selamanya menjadi anak-anak. Segera, mereka akan beranjak dewasa dan Anda akan bebas melakukan apapun yang Anda mau. Ingatlah bahwa anak adalah titipan Tuhan untuk Anda… 🙂

However, apart from that, it is actually pretty good. We had a pretty good laugh throughout the movie 🙂

————-
Sebuah catatan dari pasangan yang pernah tinggal jauh dari keluarga besar (iya, semacam beda benua gitu sama keluarga), membesarkan anak tanpa bantuan siapa-siapa, dan tetap bisa menikmati film-film terkini tanpa harus mengorbankan anak. Cheers!