Bersyukur

Ada yang mengusik perhatian gw beberapa waktu terakhir ini. Sejak sering berkeliaran di daerah Salemba, hampir setiap pagi gw memperhatikan ada sepasang pemulung yang tinggal di salah satu sudut perempatan Matraman. Awalnya gw biasa aja ngeliat mereka di sana. Tapi as days passed, gw semakin sering memperhatikan mereka dan cukup membuat gw tertegun.

Dulu gw kira mereka cuma berkeliaran aja di daerah itu. Tapi gw perhatiin kalo pagi, mereka beres-beres triplek dan karung-karung yang ternyata jadi alas tidur mereka di balik sebuah pot bunga besar. Wow, ternyata mereka tinggal di situ. Di balik sebuah pot bunga. Tapi ada satu hal yang bener-bener menarik perhatian gw. Suatu siang, gw jalan melintasi mereka dan ngeliat ada anak-anak kucing berkumpul bareng bapak dan ibu pemulung itu. Gw pikir mereka cuma lagi main-main aja sama kucing-kucing itu. Tapi ternyata si bapak dan ibu pemulung sedang berbagi sebungkus nasi sama hewan-hewan yang (sama-sama) terlantar itu! Bayangin, sebungkus nasi untuk bapak, ibu, dan sekeluarga kucing. Dan mereka nggak mengeluh. Miris banget gw ngeliatnya, sekaligus malu. Malu kenapa? Malu sama diri gw sendiri. Malu, masih ngambek waktu ban mobil gw pecah pas berangkat kuliah. Malu, masih ngerengek-rengek sama bonyok minta ini-itu. Padahal gw masih jauh lebih beruntung dibandingkan mereka. Gw masih punya tempat berteduh. Masih ada makanan yang selalu tersedia di meja makan.

Memang cuma perhatian selintas, tapi keluarga pemulung itu benar-benarΒ  mengingatkan gw untuk bersyukur, atas segala yang gw punya. Juga mengingatkan gw untuk berbagi. Masih banyak orang lain yang nggak seberuntung gw. Nggak seberuntung kita yang punya akses internet. Mereka bahkan mungkin nggak tau apa itu internet karena prioritas utama mereka adalah bagaimana mengisi perut hari ini. Mereka yang cuma bisa beli nasi sebungkus aja bisa berbagi sama kucing. Kita yang diberi Tuhan lebih sudah selayaknya berbagi lebih dai itu. Berbagi rezeki, berbagi kebahagiaan, bahkan mungkin berbagi harapan πŸ™‚

Berhenti mengeluh, dan syukuri semua apa yang kita punya hari ini. Bukan nggak mungkin suatu saat nanti kita yang berada di posisi keluarga pemulung itu πŸ™‚ Nggak ada yang bisa menebak apa yang terjadi esok, kan? πŸ™‚

-NaY-

Let’s go shopping ;)

Sedikit update aja, soalnya kok gw merasa blog ini mulai agak terlantar ya. Haha biasa penyakit lama dan kambuhan. Lagi males banget nulis. Hmm….gw lagi sibuk sama kegiatan kuliah. Nggak terasa, sekarang gw udah masuk Modul 6, which means 4 more modules to go, dan deadline thesis approaching, dan….akan ditutup dengan sedikit refreshing jalan-jalan (ngarep ngarep ngarep, secara passport udah disiapin di tempat yang mudah dijangkau sejak berbulan-bulan yang lalu. Hiks…pathetic…)

Modul 6 ini isinya tentang Defence Acquisition. Pertama kali denger istilah ini, otak tolol gw langsung berasa mumet, “Jenis makanan cina yang mana lagi iniiiiii…..??” Kalo diterjemahin…ehm…Akuisisi Pertahanan?? πŸ˜€ Nah, ternyata eh ternyata, bahasa pasarnya sih military shopping alias belanja militer. Ohohohoo….begitu mendengar kata shopping ini otak dan hati gw langsung ceria. Iya, ceria. Beneran deh πŸ˜€ Semua jadi terasa sederhana hahaha… It’s how words work. Tinggal diganti dikit kata-katanya, and suddenly I feel like I have hundreds of words to spill to explain about this matter hahaha. Belanja belanja belanja, belanja tank, belanja pesawat, belanja kapal selam, belanja sistem persenjataan, dan mungkin nanti di masa depan personil militer bisa jadi komoditas yang bisa diperdagangkan hahaha.

Dosennya juga lumayan asik, so far so good lah, tapi as my friend said, dosen ini asik ngajarnya selama dia nggak garuk-garuk pan*at. Yep temans, dosen ini emang agak aneh, kerjanya megang-megang perut dan pan*at. Untung garuk-garuk pan*at sendiri, kalo garuk punya orang kan bisa berabe πŸ˜€ πŸ˜€

Anyway, here are some questions the lecturer asked us related to defence acquisition. Pertama, what is the most important requirement of a submarine? Most people answered sistem perputaran udara dalam kapal selam itu. But it turns out the right answer is how to make the submarine got ascending ability, otherwise it’s no different than a rock. Hahaha…got it right, yeah? πŸ˜€ Pertanyaan kedua, why do the navy and airforce, unlike the army,Β  rely heavily on technology? Kenapa coba? Jawabannya, basic military duty is to fight, isn’t it? Nah, now look at the navy. They can’t just swim and fight (imagine a fighting in water :P), and the airforce is still human. They don’t have wings on their own and fight on the sky. Make sense, doesn’t it? πŸ˜€

Well well, semoga next modules bisa jadi even more exciting lagi buat gw. Udah saatnya gw semangat belajar, mengingat nilai-nilai semester pertama yang kayaknya nggak bisa bikin gw gw banyak berharap hahaha…

Okay then, I’ll try to keep this blog updated regularly, walopun isinya cuma hal-hal yang banyakan nggak pentingnya daripada pentingnya haha.

Ciao!

-NaY-