Failed state?

Hari ini di sebuah harian online (lagi-lagi) ada berita penembakan di AS yang menewaskan seorang bocah 10 tahun. Berita yang membuat saya cukup menggeleng-gelengkan kepala dan berkomentar dalam hati “lagi???”

Berita itu juga membuat saya berpikir ulang tentang apa yang sebenarnya disebut sebagai failed state atau negara gagal, yang banyak dirujuk AS dan sekutu-sekutunya kepada negara-negara non demokratis. Sebelum menggalau lebih lanjut, ada baiknya saya kutip sedikit tentang negara gagal ini dari Wikipedia. failed state is a state perceived as having failed at some of the basic conditions and responsibilities of a sovereign government.

Jadi, ternyata kuncinya pada kata-kata responsibilities atau tanggung jawab dari pemerintahan yang berdaulat. Ah, tidak usahlah saya menulis dengan bahasa dewa ya. Pertanyaan sederhana saja saya ajukan kepada diri saya sendiri, maukah saya pindah ke Amerika, entah untuk studi, bekerja, atau sekedar hidup disana? Mengejar american dream di negara yang katanya mampu menawarkan segalanya itu? Uh oh. Ternyata ketika pertanyaan itu harus saya jawab, dengan cepat saya akan menjawab, TIDAK. Tidak, kalau tidak sangat terpaksa.

Kembali ke masalah negara gagal yang saya ungkit di awal, seharusnya ada satu kriteria tambahan untuk mengkategorikan sebuah negara sebagai negara gagal, yakni kemampuan negara menyediakan rasa aman untuk warganya. Miris memang ketika melihat AS yang sibuk menggembar-gemborkan demokrasi dan perdamaian dunia dan segala macamnya namun ternyata kewajiban utama sebuah negara saja tidak dapat mereka penuhi. Bagaimana mungkin hidup dengan tenang di negara yang penuh kebrutalan seperti itu? Kalau tidak percaya, coba saja browsing sedikit dengan kata kunci “list of school shooting in the US“, dijamin siapapun yang melihat hasil pencarian itu akan terpana 😀

Saya jadi teringat ketika beberapa waktu yang lalu keluarga kecil saya sempat “terancam” untuk pindah ke Monterey, California. Salah satu hal pertama yang kami lakukan adalah mencari tahu tentang biaya hidup disana, yang bisa ditebak memang amat sangat tinggi. Sewa apartemen, biaya kesehatan, transportasi, whew! 😀 Untunglah ternyata rencana kepindahan itu tidak harus dilaksanakan dalam waktu dekat hehehe.

Jadi kesimpulannya, dalam pandangan ibu rumah tangga galau seperti saya ini, yang layak disebut sebagai failed state itu ya negara seperti AS itu. Mau hidup susah, keamanan tidak terjamin, rasisme dimana-mana, pendidikan mahal, kesehatan mahal, pemerintahnya songong pulak hahaha.

Betapa memang kita harus bersyukur hidup di negara yang katanya nggak banget macam Indonesia ini. Namun yang jelas, hidup di tanah air tercinta ini tidak pernah membuat saya sampai terpikir “Nanti anak saya sekolah harus pake rompi anti peluru ya?

Cheers,

-NaY-