MY Museum: The Best Investment EVER

Sudah jamak kalau di setiap kota, atau setidaknya county (semacam kumpulan kota-kota yang dikategorikan satu regional) di Amerika ini, ada satu children’s museum yang seperti namanya, didedikasikan khusus untuk anak-anak. Mendengar kata museum, awalnya saya sebagai orang Indonesia tulen membayangkan benda-benda membosankan yang dipamerkan hanya untuk dilihat-lihat. Apa asiknya sih?

Begitu pula di Monterey County ini. Ada satu museum anak. Namanya Monterey Youth Museum (MY Museum). Pertama kali saya datang ke tempat ini karena saya mendengar ada acara musik anak disana.

Begitu masuk ke dalam…eng ing eeeng!! Bayangan saya tentang museum selama ini salah besar. Tempat ini lebih tepat dikatakan sebagai indoor playground yang wahana-wahananya berupa terapan ilmu pengetahuan yang mudah dicerna anak. Disana lokasi permainan dibagi berdasarkan tema. Ada area bertema pertanian, dimana anak bisa “menanam” berbagai macam tanaman dengan tanaman dari kayu. Bahkan ada traktor yang bisa dinaiki anak-anak! Ada area lain yang bertema restoran. Anak bisa berpura-pura menjadi juru masak, kasir, pelayan, atau bahkan pelanggan. Ada juga area yang bertema rumah sakit, lapangan golf, laut, sekolah, miniatur ambulans dan mobil pemadam kebakaran, bahkan area teater lengkap dengan panggung, koleksi kostum, ruang rias, dan konter penjual popcorn!

Jatuh cinta pada pandangan pertama, mungkin itu rasanya. Oke, ini memang agak lebay.

Ah, tapi sejak itu, saya memutuskan untuk menjadi member di museum ini. Buat saya ini investasi yang sangat-sangat menarik. Bayangkan, hanya berbekal $125, saya dan keluarga bisa masuk kesana tanpa batas, dan berpartisipasi di SEMUA kelas yang diadakan oleh MY Museum. Oh, saya belum cerita tentang kelas-kelas anak disana ya?

Hm…MY Museum ini setiap hari Selasa punya kelas prakarya. Anak bisa membuat prakarya sesuai tema hari itu dan hasil karyanya bisa dibawa pulang. Sejauh ini Piyo sudah pernah membuat gasing, mainan roket, kartu-kartu sesuai tema musim, beruang kayu, dan buaaanyak lagi.

Setiap Rabu ada kelas Kinderjam, hmmm…istilah kecenya sih senam balita :D, untuk anak 1-5 tahun. Anak-anak diajak bergerak, belajar huruf dan angka, menari mengikuti irama musik, dan…bergerak. Pokoknya bergerak. Hahaha.

Kamis, ada acara musik. Kembali lagi karena target pesertanya adalah balita, di kelas ini anak juga diajak bergerak. Bermain dengan parasut, membuat rhythm dengan stik kayu, dan menari mengikuti irama dengan egg shaker  atau…apa ya bahasa Indonesianya, kecrekan yang bentuknya telur itu loh hehehe. Kegiatan satu ini jadi favorit Piyo sebelum dia mulai sekolah yang kebetulan jadwalnya juga hari Kamis. Tapi setiap kali libur sekolah Piyo tetap datang kesana.

Jumat ada kelas Weird Science dan Lego. Anak diajak bereksperimen dengan benda-benda yang ada di sekitar mereka. Di kelas Lego, mereka bebas berkreasi membuat apa saja dengan materi Lego Duplo dan Duplo Education yang disediakan.

Nah, jadi bayangkan betapa sibuknya Piyo si baby cat sepanjang minggu dengan sekian banyak aktivitas disana 😀

Saya katakan investasi terbaik, bukan hanya karena urusan harga. Bukan. Tapi stimulus yang diterima anak saya dan pengaruhnya terhadap perkembangannya, baik dari segi motorik, bahasa, logika, dan kemampuan bersosialisasi. It’s like this place offers the whole package.

Di tempat ini pula saya kenal dengan banyak mommy friend lain yang memiliki visi sama mengenai tumbuh kembang anak. Ah, seandainya di Indonesia ada tempat-tempat seperti ini di seluruh penjuru negeri, betapa berkembangnya anak-anak Indonesia…. Tempat anak beraktivitas cerdas yang dapat dinikmati semua kalangan.

Mari berharap suatu hari harapan ini terwujud di tanah air tercinta 🙂 Amin.

——–

Situs resmi MY Museum: http://www.mymuseum.org

Hari yang indah

image

Ada hari-hari yang Tuhan ciptakan hanya untuk kita nikmati
Menghirup udara segar
Mengagumi ciptaanNya
Bermain dengan titipanNya
Merasa ringan, riang
Hanya mengalir tanpa durja
Tak ada penat, hanya senyum dan tawa
Hari ini salah satunya 🙂

Here is my new list of the hottest guys on Earth

So whoever was in the first place (I guess it was either Mister Keanu-Oh-Why-Are-You-Getting-Old-Reeves or Iker-Oh-Yeah-You’re-Old-Too-Casillas)… I found out that now Theo James deserves the first place, followed by Liam Hemsworth. Ah, how can they NOT? Look at these puppy faces!!!

image

❤ ❤ ❤
I know…this post is so mature…

-NaY-

Menjelang saatnya pulang

Saya cinta Indonesia. Dari relung hati terdalam, saya cinta.

Satu tahun terakhir ini saya menatap Indonesia dari jauh, memperhatikan, namun tak berkomentar. Apa yang saya rasa? Sedih. Iya, sedih.

Kawan, saudara, saling menghujat. Semua berdalihkan kebebasan berpendapat dan merasa paling benar. Apakah kita sebebas itu?
Saya merindukan bangsa Indonesia yang ramah, yang peduli dengan perasaan orang lain, yang senantiasa bijak mengeluarkan pendapat. Bangsa Indonesia yang berpikir ke depan dan sibuk membenahi diri sendiri sebelum mencela dunia. Bangsa Indonesia yang santun bertutur kata. Bangsa Indonesia yang dapat hidup berdampingan dalam damai tanpa memandang siapa dia, siapa keluarganya, dari mana dia, berapa banyak hartanya, apa agamanya.

Tak sampai satu tahun lagi waktu saya memandang dari jauh, dan saya akan kembali kesana. Ke tanah yang saya cintai. Bukan, bukan tanah tempat saya dilahirkan tapi tempat dimana hati saya berlabuh. Rasa rindu seringkali menerpa, tapi rasa takut semakin mengambil tempat. Iya, saya takut menghadapi kenyataan bahwa Indonesia saya sudah beranjak entah ke arah mana, bergeser jauh dari visi utopis saya.

Saya takut tidak dapat menerima kenyataan bahwa kesenjangan sosial semakin tinggi dan tak ada lagi yang peduli dengan itu. Bangsa saya yang sudah tak peduli, sibuk berbagi foto-foto kegiatan khas kalangan berada di media sosial sementara masih banyak saudaranya yang harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar.
Hiks, lebih-lebih lagi mengingat betapa mudah bangsa saya mencela pemimpin dan pemerintahnya sendiri. Bukankah akan lebih baik membenahi diri sendiri dulu, kawan? Biar bagaimanapun, ini sistem yang kita agungkan. Demokrasi. Kita yang meminta, sudah lupakah? Betapa nyaris dua windu yang lalu kita berteriak untuk menjatuhkan beliau yang disebut penguasa lalim, sang diktator, sang koruptor, dan entah apa lagi sebutan yang melekat padanya.
Sudahlah kawan, tak lelahkah kita saling mencela dan sibuk membuktikan diri paling hebat, paling berada, paling berkuasa? Sudah lupakah kita bahwa esensi keberadaan kita sebagai manusia akan dipertanggungjawabkan nanti di hadapan Yang Maha Kuasa? Bukan, bukan manusia lain yang akan menilai siapa kita, tapi Dia, yang membuatmu ada.

Ayo kawan, ayo berubah menjadi sedikit lebih sensitif. Mari lihat sekitarmu. Kalau kita kebetulan diberi kelebihan rezeki, mendapat kesempatan bermukim di lingkungan khusus orang berada, look beyond! Lihat apa yang ada di balik pagar tinggimu, di balik dinding beton perumahanmu. Sebelum kita berpikir memamerkan makanan mewah di atas meja dan memamerkan foto perjalanan keliling dunia, ingatlah bahwa masih ada saudara kita yang harus mengais tempat sampah demi mendapat sedikit sisa makanan. Masih ada saudara kita yang harus berjalan kaki dari satu kota ke kota lain untuk berjualan hasil kebunnya yang tak seberapa.

Namun tak berarti yang kaya, yang berada, selalu salah dan yang (merasa) kecil selalu benar. Yang bermotor dan melawan arus, memotong jalur, apakah selalu benar? Yang mengambil milik orang lain dengan alasan memenuhi kebutuhan hidup, apakah itu benar?
Ayo kawan, ayo kita lihat diri kita sendiri. Saya percaya kita semua memimpikan hal yang sama, tempat hidup yang nyaman dan damai, dimana kita bisa merasa aman tak kekurangan apapun. Semua itu mungkin! Kalau kita mau berubah.

Utopia kita ada di depan mata kalau kita senantiasa berusaha menjadi levih baik. Juga kalau kita punya prinsip hidup berbangsa. Bangsa kita unik kawan, satu-satunya bangsa di dunia yang berasal dari banyak etnik berbeda namun bicara bahasa yang sama, dan mengaku sebagai satu entitas. Maka berhentilah berkaca pada bangsa lain. Apa yang baik bagi mereka, belum tentu yang terbaik bagi kita. Kebebasan berpendapat yang dikampanyekan bangsa lain, apakah akan nyaman apabila diterapkan pada kita? Begitu pula keseragaman hidup yang diusung-usung oleh bangsa yang lain lagi, tepatkah untuk kita? Tidak, karena kita adalah kita, bangsa Indonesia. Bangsa yang suka bermusyawarah, bangsa yang menghargai perbedaan pendapat namun tak pernah memaksakan apapun pada saudaranya.

Satu hal yang perlu kita ingat, kita bangsa yang bebas! Tak perlulah kita menjiplak apa yang bangsa lain lakukan. Apabila ada hal baik yang dapat kita pelajari, ambillah. Tapi sampai situ saja. Sisanya, ingatlah bahwa bangsa kita memiliki karakter yang luar biasa, bangsa yang memiliki toleransi tinggi dan dapat hidup berdampingan dalam damai.

Banggalah bahwa kita…bangsa Indonesia.

My center of universe

Piyo hula

This amazing little creature! ❤

Just another side of motherhood

image

So this is how motherhood looks like. To share a shelf with a toddler, and I get the tiny part. Very well.

-NAY-

Sembilan-belas-bulan dan tanpa popok ;)

Yeayeayeay! Akhirnya si kecil yang tengil ini lepas juga dari pospak (popok sekali pakai). Lega banget rasanya.

Piyo (sekarang umur 20 bulan) memang pake pospak sejak hari ketiga dia ada di dunia fana ini. Yup, sejak pulang dari rumah sakit, dia 24/7 berada dalam kungkungan pospak. Ups, jangan protes dulu. Untuk urusan produk bayi, saya dan suami nggak suka main-main. Kualitas harus selalu jadi prioritas. Jadi selama nyaris 19 bulan Piyo pake pospak, hanya pernah sekali dia terkena ruam, dan itu karena dia sedang diare jadi keseringan dicebokin….

Siang-malam, di dalam ataupun luar rumah, sekarang udah nggak masalah. Piyo selalu memberi tahu (bukan tempe) kami apabila dia merasa urges urges gimanaaa…gitu. 

Perjalanan mem-potty train Piyo? Oho, JELAS BANGET BUKAN PERJALANAN MUDAH (air mata pun menetes mengenang proses panjang ini… -abaikan, red.)

Sebenarnya saya geli sendiri ketika mengingat lamanya proses potty training Piyo. Kenapa? Karena secara teoritis, saya udah punya segudang bahan bacaan tentang berbagai metode potty training yang bahkan sudah saya bagikan kemana-mana. Kesannya uwow banget ya. Padahal saya sendiri belum berhasil… 😀 dan pada akhirnya tidak menggunakan metode-metode itu sama sekali haha.

Proses mengenalkan Piyo sama konsep menyelesaikan “urusan”nya di toilet dimulai sejak lamaaaaaa….sekali. Sejak dia udah bisa duduk di umur empat bulanan. Yup, thanks to my mom yang dulu ngasuh Piyo di jam kerja saya, beliau membiasakan Piyo untuk pup di toilet. Caranya? Setiap kali Piyo menunjukkan muka eeekkkk khasnya, ibu saya langsung sigap sesigap-sigapnya langsung mendudukkan Piyo di toilet. Proses itu berlangsung sampe Piyo berumur delapan bulanan dan dia kena diare. Iya, diare terkutuk yang sama dengan yang bikin ruam itu. Waktu diare itu, tiba-tiba Piyo jadi trauma berat sama yang namanya WC. Daaaan…upaya potty training pun kembali ke titik nol… 😥

toilet seatSejak saya mengasuh Piyo penuh waktu, saya coba mulai lagi proses potty training yang sudah pernah sekali gagal ini. Kami belikan dia dudukan toilet anak yang super nyaman. Serius, super nyaman. Saking tampak nyamannya, saya sendiri sebenarnya berharap punya dudukan kayak gitu untuk saya sendiri. Hahaha (Dan aaaakkkk, ternyata dudukan toiletnya ada yang seri gambar bebek!). Diawali dengan hanya duduk main-main, baca buku, dan tetap pakai celana sampai akhirnya dia mau duduk nggak pake celana di dudukan itu, apapun kami lakukan supaya Piyo merasa nyaman duduk disitu.

Oke, langkah selanjutnya, setelah dia bersahabat sama dudukan toiletnya, kami membiasakan dia ke toilet di waktu-waktu tertentu. Pagi hari setelah bangun tidur, setiap setelah selesai mimik/nenen, sebelum tidur siang, bangun tidur siang, dan sebelum tidur malam. Oh iya, kita langsung ke WC nggak pake fase potty-potty-an alias WC anak kecil karena saya MENGHINDARI harus bersihin apapun yang harus dibersihkan di potty itu haha. Ngebayangin ada pup ketampung di WC-WCan, aduh nggak sanggup banget, harus dibuang ke toilet, terus dicuci, DIPEGANG….aaaaaaaaaaakkkkk 😥

Selain itu, sewaktu dia duduk di toilet, saya rangsang dia dengan menyiram-nyiram (ga usah disebut apa yang disiram ya) pake air hangat. Pancingan ini berhasil. Dia jadi pipis. Urusan pipis ini buat kami lebih sulit dari pup, karena kita nggak pernah tau kapan Piyo pipis. Kan pake pospak… Pokoknya tiba-tiba pospaknya penuh, aja. Cara ini juga berhasil memberi gambaran pada Piyo tentang apa yang harus dia lakukan kalau duduk di WC. Iya, pipis. Kalau untuk pup jauh lebih mudah karena yang harus saya lakukan tinggal mencermati perubahan raut muka si kecil itu dan sesegera mungkin membawanya ke kamar mandi.

Oh ya, ada satu faktor penting lagi yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan Piyo bersahabat sama WC: buku. Iya, buku. Judulnya, “Danny is Done with Diapers: A Potty ABCs”. Buku ini sukses berat mensugesti Piyo bahwa anak gede pipisnya di WC. Seperti kakak pintar! Bahkan ada masa dimana dia menggunakan frase “Kakak pintar” untuk bilang pipis atau pup 😉 Ah, my little one with her books….

Setelah dia menangkap konsep tentang pipis dan pup di WC, dan seiring waktu juga sudah mampu mengontrol otot-otot terkait urusan itu, program potty training ini pun sukses berat! Wooohooooo! 😀

Jadi intinya berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melatih Piyo? Well ya, seperti yang sudah saya bilang sebelumnya, it literally took forever for me hahaha. Kenapa? Karena saya kurang berdedikasi. Iya, semua tergantung orangtuanya kok. Butuh waktu cukup lama bagi saya karena saya akui, sebelumnya saya kurang menaruh perhatian pada proses ini. Alasannya tak lain karena saya malas berada di rumah sepanjang hari, sementara untuk sukses melatih anak ke kamar mandi, butuh waktu dan perhatian khusus yang hanya dapat dilakukan di dalam rumah. Orangtua harus benar-benar memperhatikan kapan anaknya harus ke kamar mandi, dalam artian BENAR-BENAR memperhatikan. BENAR-BENAR…

Pelajaran penting dari potty training yang juga mau tak mau dihadapi orangtua adalah ACCIDENT alias ngompol… Pasti kejadian deh. Tapi balik lagi bahwa experience is the best teacher. Pengalaman adalah pelajaran terbaik, baik itu untuk anak maupun orangtuanya. Buat saya, ini juga yang jadi motivasi. Saya ingin secepat mungkin menuntaskan proses ini agar tak perlu sering-sering lagi mencuci karpet… 😀 Buat Piyo, jelas ngompol akan membuat dia sadar bahwa dia jadi kotor haha. Iya, karena Piyo benci kotor.

Akhirul kalam, semangat buat para orangtua yang sedang berupaya mem-potty training anaknya. Percayalah, semua keringat dan air mata itu akan berbuah manis… 😀

GANBATTEEEEEE!!!!

-NaY-

Fatherhood

fatherhood

-It takes a very strong man (with strong nose) to be a true father-

Batita super sibuk

baca

Oh ya ya ya, punya anak (akan) 20 bulan yang kelebihan energi itu berarti tantangan buat orangtuanya (baca: EMAKNYA) untuk sebisa mungkin wear her out alias ngabisin energinya. Si Peanut Piyo Piyo ini contohnya, selain karena dia masih ASI yang bikin dia nyaris nggak pernah sakit seumur hidupnya, makannya yang juga aduhai lahapnya, dan ke-aku-annya yang tinggi, maka hasilnya….balita yang super-sibuk-banget-sekali. Nggak ada tuh yang namanya duduk diem manis lebih dari setengah jam (kegiatan yang bisa bikin dia diem duduk manis cuma yang ada urusannya sama gambar menggambar, she’s got a good sense of art, I must say). Oh ya, hasilnya juga memar-memar dan luka berdarah-darah sana-sini tapi ya udah lah ya 😀

Jadi…ya…gw harus cari beragam kegiatan yang bikin dia capek. Akhirnya setelah berburu informasi kesana kemari, Piyo ini sejak umur 14 bulan gw kasih banyak pilihan kegiatan…

  • Senin sore: Les berenang
  • Selasa: Main di playground
  • Rabu pagi: Movement class
  • Rabu sore: Les berenang
  • Kamis pagi: Kelas pengembangan orangtua-anak
  • Jumat pagi: Kelas musik batita (dulunya sih storytime di perpustakaan, tapi sejak Piyo udah nggak dianggap bayi lagi, dia udah harus pindah ke storytime balita yang hari Kamis. Sayangnya, we’ve already booked for Thursdays…)

Sabtu dan Minggu, seperti babehnya, kita semua libuuuuur… 😀 Biasanya sih kalo mas misua lagi nggak sibuk sama tugas-tugasnya kita pergi keluar kota atau sekedar menikmati damainya Monterey.

Satu hal yang gw sadari, sejak diikutin berbagai aktivitas ini, tidur Piyo jadi lebih damai. Kan capek ya 😀 Selain itu, perkembangannya juga semakin wow, baik itu motorik maupun verbal. Dia udah jelas jadi batita bilingual (or even trilingual since I once spotted her playing with some Spanish speaking kids). Belum lagi kemandirian, kemampuan beradaptasi dengan lingkungan baru, dan kepercayaan diri. Cukup menghabiskan tenaga juga untuk gw (kalo mau jujur sih yak), tapi semua keringat dan air mata (halah) itu terbayarkan. Bingits 😀 (in case nanti kata “bingits” udah nggak in lagi, harus gw kasih terjemahan kalo itu artinya as simple as BANGET).

Oh ya, satu hal juga yang patut diingat, yang paling sulit dalam proses ini adalah konsistensi. Dari siapa? Orangtua. Yup, orangtua. Anak sih bakal ikut aja, tapi semua kan balik lagi ke orangtuanya mau atau enggak, apa prioritasnya, dan males atau enggak. Gw bisa aja mengikuti bakat alamiah gw untuk jadi sleeping beauty :D, tapi gw memilih enggak. Demi amanah Tuhan yang satu ini, gw korbankan jam tidur gw! Horreeehhh!!! (ngomong horreh sambil nguap sebenernya :D). Gw juga harus mengorbankan hobi belanja nggak penting (terima kasih Tuhan disini mol-nya nggak sebanyak di Jakarta dan BSD Big City Big Opportunity; dan ini sebenarnya agak bo’ong juga sih, kan masih bisa belanja onlen hahhahahahahhh).

Ah, tapi memang ya, kembali ke tujuan awalnya. Tujuan gw berada disini kan selain buat mendampingi misua juga untuk jadi emak super untuk Piyo. Masih banyak yang harus gw pelajari, tapi percayalah, untuk urusan satu ini (belajar, maksudnya), gw lumayan keras kepala. Ngotot harus bisa.

Ngotot kunci sukses, men!

Bravo batita sibuk!

-NaY-

Love is an open door

Lagi suka banget sama chorusnya lagu ini. Well, mungkin keracunan Piyo juga kali yah, secara tiap hari ada di Disney Channel hahaha…

To the pain of the past
We don’t have to feel it any more
Love is an open door
Love is an open door
Life can be so much more

If we leave our past behind, yeah life just feel so…so…much…more… I just love my life 🙂 🙂 🙂

-NaY-