Menciptakan zona nyaman

My Working Space

Dari dulu saya nggak pernah memperhitungkan gaji untuk sebuah pekerjaan. Hal yang lebih penting bagi saya adalah suasana di tempat kerja, karena bagaimanapun, hasil kerja akan baik kalau suasana hati nyaman. Berada di tempat yang nyaman…itu yang selalu saya inginkan. Nyaman, juga nggak selalu identik dengan uang banyak. Itulah yang dulu menjadi alasan saya untuk menerima sebuah pekerjaan yang -bayangpuuun- gaji awalnya sebesar satu juta rupiah per bulan. Nggak kurang, nggak lebih. Hehehe, itu sekitar tiga tahun yang lalu, dan buat keluarga saya (khususnya ayah saya yang bekerja di perusahaan multinasional) adalah sebuah pilihan yang sangat-enggak-logis-banget-sih. Untuk seorang lulusan S1 yang ehm, lulus dengan predikat dengan pujian dan menyelesaikan studi dalam waktu tiga-setengah tahun, whew! It was a big joke! Tapi saya tau sejak pertama kali saya bertemu dengan orang-orang di kantor itu bahwa saya akan merasa nyaman berada di sana. Suasana yang sangat kekeluargaan menjadi sebuah daya tarik tersendiri. Saya kira rasa nyaman itulah yang pada akhirnya mempengaruhi hasil kerja dan siapa sangka dalam waktu enam bulan ternyata gaji yang saya terima naik tiga kali lipat.

Namun ternyata peruntungan itu tidak berlanjut di tempat kerja saya yang sekarang. Saya menemukan bahwa bekerja di instansi pemerintah merupakan sebuah cobaan. Tak lain karena begitu banyaknya politik tingkat tinggi yang terlibat, membuat pihak-pihak haus kekuasaan bertebaran dimana-mana. Beberapa teman menyebut saya idealis, dan jelas tidak cocok bekerja untuk negara yang (meminjam istilah gaul) bisa dikatakan sudah kotor secara sistemik. Namun saya berpikir, terserah mereka mau apa, sekotor apapun permainan orang lain, yang penting saya harus bisa jaga diri. Itu saja.

Akhirnya saya sampai di suatu titik dimana sya tau bahwa zona nyaman bukanlah ditemukan, namun diciptakan. Berada di air keruh bukan berarti saya ikut menjadi keruh. Tidak. Saya tau saya hanya satu titik mikroba yang nggak keliatan dan jelas tidak punya posisi dan kemampuan untuk mengubah sistem. Jadi untuk sekarang, cara saya menciptakan zona nyaman adalah dengan tidak begitu mempermasalahkan apa yang terjadi di sekitar saya. Saya akan tetap melakukan pekerjaan saya dengan baik, berteman dengan orang-orang baik, menikmati hidup dengan orang-orang tersayang, dan merasa cukup dengan apa yang telah saya miliki. Bagaimanapun, di lingkungan seperti ini, rasa ingin mencapai sesuatu yang lebih adalah pintu untuk menghalalkan segala cara untuk capaian tersebut.

Nikmati hidup, merasa cukup, dan banyaklah tertawa! 😀

-NaY-

2 Responses to “Menciptakan zona nyaman”

  1. djene Says:

    jan, kalo nanti gw punya klinik..gimana kalo lo yg ngerancang interior ruangan anaknya???? 😀 (komen yg sangat tidak diharapkan ya?! :P)


Leave a comment